Pra Kutubus Sittah

BAB I
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Banyak sekali kitab – kitab hadits yang ditulis pada masa kodifikasi hadits, memang pada saat itu para ulama berlomba-lomba untuk menulis hadist, karena ada perintah dari khalifah pada saat itu, khalifah pada sat itu khawatirkan jika para ulama meninggal di medan peperangan, maka hadist-hadist shahih akan lenyap bersama matinya para ulama, dan di khawatirkan juga hadits-hadits shahih bercampurdengan hadits palsu .
Pada makalah ini penyaji akan mengetengahkan beberapa pembahasan yang Cuma sekelumit dari kitab-kitab yang ditulis pada saat itu.tentu saja keterbatasan pengetahuan penulisan membuat pembahasan ini terkesan terbatas. Semoga dengan keterbatasan ini timbul motivasi dari para pembaca untuk mau menggali lebih dalam tentang pembahasan ini.

RUMUSAN MASALAH
1. Tingkatan kitab hadits
2. Al-Muwatho’
3. Musnad Syafi’i
4. Musnad imam hambali

A. Tingkatan Kitab Hadits
Tingkatan Kitab Hadits
Menurut penyelidikan para ulama ahli hadits secara garis besar tingkatan kitab-kitab hadits tersebut bisa dibagi sebagai berikut:
1. Kitab Hadits ash-Shahih yaitu kitab-kitab hadits yang telah diusahakan para penulisnya untuk hanya menghimpun hadits-hadits yang shahih saja.
2. Kitab-kitab Sunan yaitu kitab-kitab hadits yang tidak sampai kepada derajat munkar. Walaupun mereka memasukkan juga hadits-hadits yang dha'if (yang tidak sampai kepada munkar). Dan sebagian mereka menjelaskan kedha'ifannya.
3. Kitab-kitab Musnad yaitu kitab-kitab hadits yang jumlahnya sangat banyak sekali. Para penghimpunnya memasukkan hadits-hadits tersebut tanpa penyaringan yang seksama dan teliti. Oleh karena itu di dalamnya bercampur baur di antara hadits-hadits yang shahih, yang dha'if, dan yang lebih rendah lagi. Adapun kitab-kitab lain adalah disejajarkan dengan al-Musnad ini.
Di antara kitab-kitab hadits yang ada maka Shahih Bukhari-lah kitab hadits yang terbaik dan menjadi sumber kedua setelah al-Qur'an, dan kemudian menyusul hadits Muslim. Ada para ulama hadits yang meneliti kitab Muslim lebih baik daripada Bukhari, tetapi ternyata kurang dapat dipertanggungjawabkan, walaupun dalam cara penyusunan hadits-hadits, kitab Muslim lebih baik daripada kitab Bukhari, sedang syarat-syarat hadits yang digunakan Bukhari ternyata tetap lebih ketat dan lebih teliti daripada apa yang ditempuh Muslim. Seperti tentang syarat yang diharuskan Bukhari berupa keharusan kenal baik antara seorang penerima dan penyampai hadits, di mana bagi Muslim hanya cukup dengan muttashil (bersambung) saja.

B. Al Muwattho’
Al muwatha yang paling terkenal dari kitab-kitab hadist abad ke dua dan mendapat sambutan yang besar sekali dari para ulama. Dia mengandung rangkaian kabar dari nabi, dari sahabat dan dari tabi’in.
Al Muwatta' adalah kitab fikih berdasarkan himpunan hadits-hadits pilihan. Santri mana yang tak kenal kitab yang satu ini. Ia menjadi rujukan penting, khususnya di kalangan pesantren dan ulama kontemporer. Karya terbesar Imam Malik ini dinilai memiliki banyak keistimewaan. Ia disusun berdasarkan klasifikasi fikih dengan memperinci kaidah fikih yang diambil dari hadits dan fatwa sahabat.
Menurut beberapa riwayat, sesungguhnya Al Muwatta' tak akan lahir bila Imam Malik tidak 'dipaksa' Khalifah Mansur. Setelah penolakan untuk ke Baghdad, Khalifah Al Mansur meminta Imam Malik mengumpulkan hadits dan membukukannya. Awalnya, Imam Malik enggan melakukan itu. Namun, karena dipandang tak ada salahnya melakukan hal tersebut, akhirnya lahirlah Al Muwatta'. Ditulis di masa Al Mansur (754-775 M) dan baru selesai di masa Al Mahdi (775-785 M).
Dunia Islam mengakui Al Muwatta' sebagai karya pilihan yang tak ada duanya. Menurut Syah Walilullah, kitab ini merupakan himpunan hadits paling shahih dan terpilih. Imam Malik memang menekankan betul terujinya para perawi. Semula, kitab ini memuat 10 ribu hadits. Namun, lewat penelitian ulang, Imam Malik hanya memasukkan 1.720 hadits. Kitab ini telah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa dengan 16 edisi yang berlainan. Selain Al Muwatta', Imam Malik juga menyusun kitab Al Mudawwanah al Kubra, yang berisi fatwa-fatwa dan jawaban Imam Malik atas berbagai persoalan.
Muwattho’ adalah kitab hadist tertua yang sampai hingga ke tangan umaat islam saat ini,, menurut beberapa riwayat yang berasal dari Imam Malik, karya tersebut dinamakan muwattho’ karena sebelum kitab ini disebar luaskan kepada masyarakat, kitab ini telah di koreksi oleh 70 ulama dan mereka menyetujuinya, Al Muwatha’ disebut juga kitab fikih karena susunan babnya berisi masalah-masalah fikih
Lebih dari itu kitab al muwatho’ dianggap sebagai kitab hadist pertama yang disusun berdasarkan hadist-hadist shahih yang ghairu mujarrod (masih hidup, tak terlepas). Artinya tidak murni hadist shahih karena dalam kitab ini masih terdapat hadist-hadist mursal , hadist mauquf, bahkan terdapat pula apa yang disebut balaghoh, yaitu hadist yang diriwayatkan imam malik tetapi tidak disebutkan dari siapa ia mendengar hadist itu.
Hadist-hadist yang diriwayatkan dalam kitab al-muwatho’ belum tercantum urutan-urutan periwayatnya sebagaimana terdapat pada kitab-kitab hadits karya bukhori muslim, karena kebutuan kejelasan tantang periwayatan hadist pada saat itu belum muncul antara Imam Malik dan nabi SAW masih dekat.
Ahli hadist menyipulkan bahwa hadist dalam muwatha’ terdiri atas 600 hadist musnad , 222 hadist mursal, 613 manquf dan 285 hadist maqtu’. Tetapi , semua hadist mursal atau munqoti’ yang terdapat dalam muwatta’ dapat diperkuat keberadaanya dengan riwayat lain, sehingga hadist tersebut menjadi shahih semua.
Adapun tingkat dan derajat hadist hadist al muwatha berbeda beda ada diantaranya ada yang shahih, ada yang hasan, dan ada pula yang dhaif. Tetapi jika kita tilik dengan kacamata pengarangnya sendiri, yakni imam malik maka semua isinya dipandang shahih, dapat juga dijadikan hujjah. Asy syafi’i pernah berkata : kitab yang paling shahih sesudah Qur’an ialah Al Muwatha’ .
B. Al Musnad Susunan Al Imam Asy Syafi’i
Al musnad susunan asy syafi’i kumpulan hadist yang diriwayatkan oleh asy syafi’i dan dipakai sebagai hujjah dalam kitabnya Al-Umm. Tegasnya, musnad ini adalah kumpulan hadits – hadits yang terdapat dalam Al Umm.
Menurut pentahkikan al Biqay, musnad ini bukan susunan asy syafi’i sendiri tetapi dIketik dari al Umm, alaludikumpulkan dalan kitab tersendiri oleh al asham. Musnad ini telah di syarah oleh ibnul atsir (504 H) syarahnya itu bernama asy syafi’i.
Abu Abdullah Muhammad bin Idris, lebih terkenal dengan sebutan Imam Syafii. Ia lahir di Ghaza pada 767 M, ayahnya meninggal saat ia masih kanak-kanak, dan dibesarkan oleh ibunya dalam kemiskinan. Beliau belajar Hadits dan Fiqih dari Muslim Abu Khalid Al-Zinyi dan Sufyan Ibn Uyayna. Ia hafal kitab Muwatta di hadapan Imam Malik yang menerimanya sebagai murid.
Ia berpetualang mencari ilmu ke Kairo, Baghdad, Yaman dan menyebarkannya. Daya ingatannya yang kuat dan ketajamannya berfikir membuat banyak orang ingin tahu dan belajar padanya. Ia dianggap pendiri Usul al-Fiqih. Ijtihad-itjihadnya banyak digunakan kaum muslimin saat itu maupun sekarang.

C. Musnad Hambali
Ahmad mewariskan karya monumentalnya, berupa kitab al-Musnad, kitab sebanyak 20 jilid (ini setelah dirangkai, disusun dan direpisi oleh anaknya dan murid-muridnya), kitab ini memuat ribuan hadits. Imam Ahmad sendiri termasuk hafizh dalam bidang hadits .
Imam Ahmad menghimpun al-Musnad dan meneliti haditsnya, dan menyandarkan hadit - haditsnya dari kalangan sahabat serta mengkhususkan setiap sahabat satu musnad. Selain itu, setelah ia mencatat dan mengkomparasikannya dengan al-Qur’an.
Imam Ahmad menulis al-Musnad sangat lama sekali, hal ini ia lakukan hingga menjelang usia senjanya. Ia menulis Musnad secara terpisah-pisah, yang kemudian dirangkai dan disusun oleh anaknya Abdullah dan Shalih bin Ahmad serta beberapa muridnya.
Dalam al-Musnad memang semuanya bukan hadits yang shahih, terdapat juga hadits-hadits yang dha’if. Hal ini sebagaimana yang Ia ungkapkan: “dalam menulis kitab al-Musnad ini, saya bermaksud menghimpun hadits-hadits yang masyhur, sehingga apabila aku bermaksud untuk meriwayatkan seluruh hadits yang shahih menurutku. Maka saya tidak meriwayatkan Musnad ini kecuali sejumlah kecil hadits saja, akan tetapi, aku tidak meninggalkan hadits yang dha’if, jika dalam bab yang bersangkutan tidak ada hadits yang mewakilinya”.
Dari sini jelas adanya bahwa dalam Musnad itu terdapat hadits yang dhai’if, hal ini sebagaimana diakui oleh Imam Ahmad sendiri.
Selain itu, dalam ashah-ul asânîd (sisilatu sanad) Imam Ahmad berbeda dengan Imam-imam sesudahnya, seperti Imam Bukhari. Artinya, ashah-ul asanîdnya Imam Ahmad berbeda dengan ashah-ul asânîd-nya Imam Bukhari. Seperti asha-ul asânîd-nya Imam Ahmad dan Ishaq bin Rahawayh ialah Zuhri dari Salim dari bapaknya. Sementara Imam Bukhari ialah Malik dari Nafi’ dari Ibnu Umar.
Dalam Musnadnya Imam Ahmad menghimpun 18 musnad dari 66 jalan. Sebanyak inilah sanad yang dihimpun oleh Imam Ahmad. Musnad Al-Kabir ini berisi 30000 hadis, sebagai hasil menyaring lebih dari 750 000 hadis. Tetapi sebagian ulama menyebut bahwa di dalamnya ada juga hadis-hadis yang lemah.
Imam Ahmad, selain sebagai seoarang muhaddits, juga ia terlkenal sebagai seorang fuqaha (ahli fiqh) dan menjadi salah satu Imam dari Madzhab Hanbali. Ahmad bin Hanbal menjadikan konsep hukumnya dengan lima langkah. Pertama, al-Qur’an. Hal ini sebagaimana firman-Nya:
Tiadalah Kami alpakan sesuatupun di dalam al-Qur’an.
Kedua, sunnah. Ketiga, Ijma ahlul aqdi wal hilli. Keempat, perkataan sahabat, hal ini di sandarkan dari hadits: “sahabat-sahabatku seperti bintang, jika kamu mengikutinya pasti akan memberikan petunjuk terhadap kamu”. Kelima, Qiyâs. Imam ahmad juga mengingkari konsep Istihsân Karya monumentalnya ialah al-Musnad. Madzhab ini banyak tersebar di negara Saudi Arabia.

BAB III
PENUTUP



KESIMPULAN
1. Tingkatan kitab hadist :
- Kitab Hadits ash-Shahih
- Kitab-kitab Sunan
- Kitab-kitab Musnad
2. Al muwatha yang paling terkenal dari kitab-kitab hadist abad ke dua dan mendapat sambutan yang besar sekali dari para ulama. Dia mengandung rangkaian kabar dari nabi, dari sahabat dan dari tabi’in.Adapun tingkat dan derajat hadist hadist al muwatha berbeda beda ada diantaranya ada yang shahih, ada yang hasan, dan ada pula yang dhaif. Tetapi jika kita tilik dengan kacamata pengarangnya sendiri, yakni imam malik maka semua isinya dipandang shahih, dapat juga dijadikan hujjah.
3. Al musnad susunan asy syafi’i kumpulan hadist yang diriwayatkan oleh asy syafi’i dan dipakai sebagai hujjah dalam kitabnya Al-Uma. Tegasnya, musnad ini adalah kumpulan hadits – hadits yang terdapat dalam Al Uma
4. Musnad imam hambali adalah kitab al-Musnad, kitab sebanyak 20 jilid (ini setelah dirangkai, disusun dan direpisi oleh anaknya dan murid-muridnya), kitab ini memuat ribuan hadits. Imam Ahmad sendiri termasuk hafizh dalam bidang hadits .Dalam Musnadnya Imam Ahmad menghimpun 18 musnad dari 66 jalan. Sebanyak inilah sanad yang dihimpun oleh Imam Ahmad. Musnad Al-Kabir ini berisi 30000 hadis, sebagai hasil menyaring lebih dari 750 000 hadis. Tetapi sebagian ulama menyebut bahwa di dalamnya ada juga hadis-hadis yang lemah.

DAFTAR PUSTAKA

1. http://members.tripod.com
2. http://www.islamuda.com
3. Hasbi As-shiddiqie, Pokok-Pokok Ilmu Dirayah Hadist(Jakarta : Bulan Bintang 1976)
4. Drs. Moh. Shoim, Buku Ajar Ulumul Hadist, Tulungagung : Pusat Penerbitan dan Publikasi Sekolah tingi Agama Islam Negeri, 2000
5. Muhammad hasbi Asy Syiddieqy, Sejarah & Pengantar Ilmu Hadits, Pustaka Rizki Putra : Semarang 1997
6. Republika.co.id
7. Abdurahman asy-Syarqawi, Kehidupan, Pemikiran, dan Perjuangan 5 Imam Madzhab Terkemuka. Al-Bayan Kelompok Penerbit Mizan, Cetakan Pertama, Nopember 1994.

1 komentar:

Warno Letnan mengatakan...

Tolong Uztadz, kalau urutan hadits Kutubus Sittah itu :
1. Shohih Bukhori
2. Shohih Muslim
3. Sunan Ibnu Majah
4. Sunan Abu Dawud
5. Sunan An Nasa'i
7. Sunan At Tirnidzi
8. Musnad Muwato

Posting Komentar